Wisata Religi Masjid Terapung, Saksi Bisu Kejadian Tragis Tsunami Palu

Palu - Bencana gempa bumi, Tsunami, dan likuefaksi pada 28 September 2018 silam, telah memporak-porandakan bangunan di Kota Palu, tak terkecuali Masjid Arqam Baburahman atau lebih dikenal Masjid Terapung yang berlokasi di bibir pantai Teluk Palu, Jalan Cumi-cumi, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Masjid Terapung dibangun pada 19 Januari 2011 dan selesai pada 19 Januari 2012. Masjid yang menjadi ikon Kota Palu itu dibangun oleh salah seorang pengusaha SPBU di Kota Palu bernama Muhammad Hasan Bajamal.

Tujuan Hasan membangun Masjid Terapung tersebut untuk mengenang salah satu ulama besar di Sulawesi Tengah yaitu Dato Karama yang memilki nama asli Abdullah Raqy.

Kini, Masjid Terapung menjadi saksi bisu, di mana banyak korban jiwa meninggal dunia dan ada pula yang tidak lagi ditemukan mayatnya. Namun, ketika menjelang sore hari, banyak warga yang berdatangan untuk melepas penat sambil nongkrong di tanggul Silabeta. Bahkan, pengunjung juga datang untuk mengenang keluarga mereka yang menjadi korban tsunami.

Santer terdengar, bahwa Pemerintah Kota Palu berencana akan menjadikan Masjid Terapung sebagai destinasi wisata untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu Farid R Yotolembah berencana akan mendorong Masjid Terapung menjadi wisata religi.

"Itu mungkin nanti masuk di wisata religi, nanti kita coba untuk mendorong dan melihat bagaimana perintah Pak Wali Kota untuk itu. Jadi orang bisa berkunjung ke situ," kata Farid dihubungi media ini, Senin (15/11).

Hanya saja, Farid mengaku, terkait wisata religi belum masuk dalam program Dinas Pariwisata Kota Palu. Akan tetapi ia akan mengupayakan usulan tersebut pada tahun 2022 mendatang.

"InsyaAllah 2022 jika disetujui anggarannya. Tapi kan itu masih daerah-daerah yang garis merah, disetujui tidak pembangunannya nanti begitu dibangun hancur lagi. Jadi kami mencoba membangun non permanen," ujarnya.

Farid juga berpandangan, bahwa Masjid Terapung itu tidak perlu untuk diperbarui, tapi dibiarkan begitu. Sebab, baginya bangunan tersebut menjadi monumen bagi warga untuk mengingatkan kembali peristiwa bencana empat tahun lalu.

"Biarkan saja begitu, tapi di sebelahnya dibangun yang baru, sehingga, ooh ini akibat bencana," ujarnya.

"Karena bagi saya kalau diubah atau dibangun kembali nanti jejaknya itu hilang, biarkan saja dia begitu apa adanya nanti dibuatkan yang existed dan bisa dijadikan gallery peninggalan sejarah," katanya.

Salma salah satu pengunjung di Masjid Terapung mengatakan, bahwa ia sering datang ke tempat itu untuk sekadar refresing. Bahkan menjadi memori masa lalu ketika saudara sepupunya meninggal ditelan tsunami.

"Kemari biasa untuk refresing kebetulan ini juga hari Minggu. Selain itu juga mengingat, ada sepupu yang meninggal di sini tidak didapat lagi mayatnya," kata Mahasiswa UIN Dato Karama Palu itu.

Ia juga biasa mengunjungi Masjid Terapung bersama keluarga untuk mengenang kepergian saudaranya itu.

Selain itu, Salma mendukung apabila Masjid Terapung akan dijadikan tempat wisata religi oleh Pemerintah Kota Palu. Namun, ia menginginkan agar bangunan Masjid Terapung dibiarkan apa adanya.

"Lebih bagus begitu dijadikan wisata religi, tapi jangan dihilangkan karena kalau dihilangkan Masjid Terapung, maka hilang juga kenangan," kata Salma.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menikmati Wisata Alam Loksado yang Merupakan Surga Terpencil di Kaki Gunung Meratus

Setelah 74 Tahun Jadi Andalan Maskapai Italia, Alitalia Kini Mengundurkan Diri Dari Dunia Penerbangan

Pemerintah Australia Berencana Akan Membuka Perbatasan Untuk Wisatawan Asing Sampai Akhir Musim Natal